Kenapa Sering Pilek saat Musim Hujan? Ini Cara Atasi Pileknya

Gambar
  Pilek umum terjadi ketika suhu ruangan sedang dingin-dinginnya. Terutama pada musim hujan seperti saat ini, risiko pilek karena kedinginan semakin meningkat. Bagaimana bisa? Menurut situsweb Cleveland Clinic, saat bernapas udara yang bersifat dingin dan kering dapat mengiritasi hidung. Sebagai salah satu bentuk pertahanan, kelenjar hidung menghasilkan lendir atau pilek berlebih untuk menjaga lapisan di saluran pernapasan tetap lembab. Pilak yang terlalu banyak akan bergumul dan mengakibatkan hidung tersumbat. Pilek disebabkan oleh banyak hal selain dari suhu ruangan. Seringnya dikarenakan infeksi virus atau alergi terhadap debu, bulu, atau serbuk sari. Hidung yang basah dan sering mengeluarkan pilek sering kali membuat risih. Tak jarang juga mengganggu aktivitas sehari-hari. Tetapi jangan khawatir, berikut tips mengatasi pilek menurut Healthline.com . Banyak minum air putih Minum banyak air putih dapat membantu mengencerkan pilek yang menyebabkan hidung tersumbat. Cobal

Hal yang Perlu Kamu Tahu Soal Mie Instan


Di kala sepi melanda, mie instan selalu ada untuk menemani setiap kesenduan. Mie instan juga hadir di kala merayakan keberhasilan meraih sesuatu. Tak hanya itu, mie instan kerap dijadikan solusi bagi mereka yang ingin kenyang nan hemat.

Tak berlebihan rasanya jika menyebut mie instan sebagai sajian paling populer di Indonesia. Bukan saja karena harganya murah, tapi rasanya pun nikmat serta bisa menahan rasa lapar untuk waktu yang lama.

Peminatnya tidaklah sedikit. Menurut data dari World Instant Noodles Association (Asosiasi Mie Instan Dunia), dikutip dari Statista, pada 2019 diperkirakan jumlah mie instan yang dikonsumsi mencapai 106 miliar porsi. Sekitar 40% di antaranya dikonsumsi oleh masyarakat Tiongkok sekaligus dinobatkan sebagai negara dengan pengonsumsi mie instan terbesar dunia.

Selain itu, disebut orang Korea Selatan bisa mengonsumsi rata-rata 75 porsi mie instan setiap tahunnya. Sekaligus menyandang titel sebagai negara dengan pecinta mie instan terbesar. Peringkat kedua ditempati Nepal dengan rata-rata orang di sana mengonsumsi 58 porsi mie instan per tahun.

Meski demikian, rumah kelahiran mie instan berada di Negara Matahari Terbit Jepang. Mie yang dikeringkan – atau kelak disebut mie instan – pertama kali dipasarkan pada 1958. Sekarang Jepang menjadi negara konsumsi mie instan terbanyak keempat.

Bagaimana dengan Indonesia? Melalui data yang sama, orang Indonesia rata-rata mengonsumsi 47 porsi mie instan dengan total porsi mencapai 12.520. Menempatkan Indonesia sebagai negara kedua dengan total porsi mie instan terkonsumsi di dunia.

Tak terelakkan jika negara-negara benua Asia merupakan pengonsumsi ulung mie instan. Di luar Asia, negara dengan konsumsi per kapita tertinggi diduduki oleh Selandia Baru dan Australia. Tak mengherankan karena di kedua negara tersebut banyak sekali imigran asal Asia.

Termasuk Amerika Serikat yang imigrannya memperkenalkan mie instan kepada kalangan penduduk setempat.

Mengutip Healthline, bahan utama mie instan sebetulnya sederhana yaitu tepung, garam, dan minyak sawit. Sedangkan penyedap biasanya terdiri dari garam, penyedap rasa, dan monosodium glutamate (MSG). Setelah mie dibuat di pabrik, mia akan dikukus, dikeringkan, dan dibungkus dalam kemasan.

Tak hanya di dalam negeri, urusan apakah mie instan sehat baik bagi kesehatan pun muncul di benak masyarakat dunia. Apakah demikian?

Rendah Serat dan Protein

Serat dibutuhkan untuk membantu kinerja sistem pencernaan terutama usus dalam menyerap gizi serta mengolahnya menjadi feses. Serat dapat membuat feses semakin lembut dan mudah dikeluarkan. Ini diperlukan untuk mengurangi risiko sembelit.

Sementara protein berperan sebagai sumber energi dan membantu menjaga sistem kekebalan tubuh. Tidak hanya itu, protein diketahui mampu meningkatkan perasaan kenyang dan mengurangi rasa lapar.

Mie instan secara umum mengandung serat dan protein yang rendah sehingga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi sering-sering. 

  

Mengandung Beberapa Nutrisi yang Dibutuhkan

Pada kemasan mie instan biasanya tercantum berbagai kandungan gizi di dalamnya. Beberapa di antaranya adalah mikronutrisi yang dibutuhkan untuk menunjang kinerja tubuh. Sebut saja zat besi, mangan, asam folat, vitamin B, dan lainnya.

Menurut penelitian oleh Semba, dkk. (2010), di Indonesia, mie instan dan susu sapi kemasan umumnya diitambahkan berbagai zat gizi tambahan atau fortifikasi. Ini berdampak baik sebab pada penelitian disebutkan konsumsi susu dan mie yang difortifikasi dikaitkan dengan penurunan kemungkinan anemia pada anak.

Disebutkan pula konsumsi susu dan mie yang diperkaya zat besi bisa menjadi strategi guna mengurangi angka anemia pada anak.

Mie Instan Dikaitkan dengan Pola Makan yang Buruk

Meskipun mengandung beberapa mikronutrisi, mie instan tak luput dari sorotan terkait dampak buruknya bagi kesehatan. Sebuah studi oleh Park, dkk. (2011) mencoba untuk membandingkan pola makan orang yang pengonsumsi dan bukan pengonsumsi mie instan. Disebutkan, peningkatan beberapa asupan nutrisi tak sebanding dengan penurunan signifikan asupan seperti protein, kalsium, vitamin C, fosfor, zat besi, niasin, dan vitamin A.

Tak hanya itu, kandungan sodium dan kalori pengonsumsi mie instan rutin diketahui lebih tinggi dari yang bukan pengonsumsi.

Sementara itu, penelitian lainnya oleh Shin, dkk. (2014) menuliskan jika mie instan mungkin mendorong peningkatan risiko berkembangnya penyakit metabolism seperti jantung, diabetess, dan stroke.

Melalui penelitian pada 10.711 orang dewasa di Korea Selatan disebut, mengonsumsi mie instan minimal dua kali per minggu meningkatkan risiko sindrom metabolism pada perempuan.

Jadi, apakah mie instan baik untuk kesehatan? Itu semua bergantung kepada gaya hidup kita maisng-masing. Boleh kok konsumsi mie instan, tetapi sebaiknya diselingi dengan rajin olahraga dan asupan buah serta sayur ya.

 

Sumber:

Statista, “Oodles of Noodles: Instant Noodle Consumption Around the World”, (https://www.statista.com/chart/22865/instant-noodle-consumption-by-country/)

Healthline.com, “Are Instant Noodles Bad for You?”, (https://www.healthline.com/nutrition/instant-noodles)

Semba, dkk. (2010). Iron-fortified milk and noodle consumption is associated with lower risk of anemia among children aged 6-59 mo in Indonesia. The American Journal of Clinical Nutrition, 92(1):170-6, doi: 10.3945/ajcn.2010.29254. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20444956/

Park, dkk. (2011). A comparison of food and nutrient intake between instant noodle consumers and non-instant noodle consumers in Korean adults. Nutrition Research and Practice, 5(5): 443-449, doi: 10.4162/nrp.2011.5.5.443. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3221830/

Shin, dkk. (2014). Instant noodle intake and dietary patterns are associated with distinct cardiometabolic risk factors in Korea. The Journal of Nutrition, 144(8):1247-55, doi: 10.3945/jn.113.188441. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24966409/

Huh, dkk. (2017). Instant noodle consumption is associated with cardiometabolic risk factors among college students in Seoul. Nutrition Research and Practice, 11(3): 232-239, doi: 10.4162/nrp.2017.11.3.232. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5449380/

 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Penyimpanan Yakult

Sejarah Berdirinya Yakult Indonesia

Kapan waktu yang tepat untuk minum Yakult?