Cara Mencegah Anak dari Obesitas Dini
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Obesitas tak hanya mengancam orang dewasa, namun anak-anak sebagai masa depan bangsa. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), prevalensi obesitas pada balita sebesar 3,8%.
Sedangkan, World Health Organization (WHO) melalui situs webnya pada 2022 menuliskan, lebih dari 1 miliar orang di dunia obesitas. Sekitar 650 juta orang di antaranya adalah orang dewasa dan 39 juta merupakan anak-anak.
Pada orang dewasa, obesitas biasanya ditandai dengan sejumlah ciri fisik, di antaranya badan yang gemuk dan kurang fleksibelnya gerakan. Selain ciri fisik status obesitas pada orang dewasa secara kesehatan disematkan pada ia yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih dari atau sama dengan 30.
Lalu, bagaimana cara mengetahui obesitas pada anak? Obesitas pada anak dapat diketahui dengan mengukur berat badan dan tinggi/panjang badannya. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan tabel/grafik standar pertumbuhan anak yang diterbitkan oleh WHO. Tabel dan grafik ini umumnya juga dapat dilihat pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau buku kesehatan ibu dan anak yang disediakan oleh fasilitas kesehatan.
Anak usia 0-5 tahun dikatakan overweight atau kelebihan berat badan jika nilainya berada di angka >+2 SD (standar deviasi), sedangkan nilai >+3 SD sudah termasuk dalam kategori obesitas. Ambang batas status gizi pada anak usia di atas 5 tahun berbeda lagi. Anak di atas 5 tahun disebut overweight jika nilai IMT/U (usia) >+1 SD dan obesitas jika nilainya mencapai >+2 SD.
Obesitas pada anak-anak sebaiknya tidak disepelekan. Sebab, melansir Centers for Disease Control and Prevention (CDC), obesitas pada anak diasosiasikan dengan:
1. Permasalahan psikologis seperti kecemasan dan depresi
2. Kepercayaan diri dan kualitas hidup rendah
3. Permasalahan sosial seperti rentan terkena perundungan dan stigma
4. Obesitas saat remaja dan dewasa
Orangtua merupakan benteng bagi keluarga termasuk buah hati untuk senantiasa hidup sehat. Dalam rangka menghindari obesitas pada anak, berikut hal-hal yang dapat dilakukan orangtua.
Jika memungkinkan, utamakan pemberian ASI
Percayakah kamu jika ternyata pemberian ASI dapat
membantu melindungi dari risiko obesitas pada masa kanak-kanak?
Hal ini disimpulkan dari meta analisis 25 studi mulai 1997 sampai 2014 yang
melibatkan 226.508 partisipan dari 12 negara.
Meski demikian, penelitian berjudul “The association between breastfeeding and childhood obesity:” (2014) itu menyebut perlu ada penelitian lebih lanjut diperlukan untuk hasil yang lebih dalam.
Hal ini selaras dengan anjuran untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi sampai usia 6 bulan dan dilanjutkan pemberiannya bersama MP ASI sampai usia 2 tahun.
Ajak untuk selalu konsumsi makanan bergizi
Anak-anak umumnya mencontoh apa yang dilakukan oleh orangtuanya, termasuk dalam mengonsumsi sesuatu. Jika orangtua lebih gemar mengonsumsi makanan cepat saji, anak akan tertarik untuk mencobanya. Makanan cepat saji diketahui meningkatkan risiko sejumlah penyakit salah satunya obesitas, terutama jika dikonsumsi rutin.
Sebaiknya orang tua mulai menerapkan pola makan sehat dan gizi seimbang. Semakin meningkatnya usia anak maka kebutuhan nutrisinya pun akan meningkat. Namun tetap perlu diperhatikan jenisnya. Pilih makanan sehat yang disenangi oleh anak disertai memperbanyak sayuran dan buah-buahan. Pada usia ini anak-anak juga gemar mengonsumsi camilan. Kurangi camilan tinggi kalori dan rendah nutrisi yang kurang baik untuk tubuh. Sebagai gantinya dapat diberikan camilan berupa buah-buahan atau yoghurt rendah lemak.
Libatkan dalam aktivitas yang melibatkan fisik dan di luar rumah
Anak-anak kini semakin banyak yang menghabiskan waktunya di rumah. Teknologi dalam bentuk televisi, ponsel, komputer, hingga video game sering kali merayu anak-anak untuk berdiam diri di rumah. Aktivitas dengan teknologi tersebut seringnya tidak melibatkan banyak aktivitas fisik serta berpotensi meningkatkan risiko obesitas.
Menurut studi yang dipublikasikan Universitas Gadjah Mada (2017), anak prasekolah yang sering menggunakan gadget berisiko 1,3 kali mengalami obesitas. Jika ditambah dengan kegiatan sedentari tinggi dan pola makan buruk, maka risiko bertambah menjadi 2,1 kali.
Oleh karenanya, orangtua diharapkan mampu membatasi waktu menonton televisi atau gadget dan menstimulasi anak untuk sering bermain di luar rumah agar lebih banyak beraktivitas fisik. Contohnya dengan mengajak anak bermain di taman, mengenalkannya dengan teman sebaya, atau memperkenalkannya kepada banyak olahraga.
Pastikan anak mendapat tidur cukup
Kurang tidur dan istirahat ternyata tidak baik untuk anak. Selain menghambat aktivitasnya di esok hari (mengantuk karena kurang tidur), risiko obesitas juga menghantui. Melalui artikel tinjauan dari 25 studi yang ditulis Liu, Zhang, dan Li (2012), menyatakan adanya hubungan signifikan antara durasi tidur pendek dengan kelebihan berat badan serta obesitas pada masa kanak-kanak.
Penelitian lainnya oleh Gao, dkk. (2022) pun serupa. Disebutkan, anak-anak yang tidur kurang dari delapan jam cenderung memiliki IMT yang lebih tinggi. Studi ini pun meneliti perihal aktivitas yang dilakukan anak satu jam sebelum tidur. Tertulis, memainkan perangkat elektronik, mengerjakan PR, sampai membaca menjadi alasan mengapa anak-anak kurang tidur.
Pentingnya Pendidikan Kesehatan pada Anak
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam mencegah obesitas pada anak. Orang tua dan guru dapat memberikan informasi tentang pentingnya makanan sehat dan aktivitas fisik pada anak.
Anak juga perlu diberikan pemahaman tentang dampak negatif obesitas pada kesehatan mereka. Dengan memahami pentingnya menjaga kesehatan, anak akan lebih termotivasi untuk mengadopsi gaya hidup sehat.
Berat badan ideal mengarah kepada gaya hidup sehat dan berbagai manfaatnya. Mengambil langkah dalam menjaga anak-anak dari risiko obesitas bisa menjadi cara untuk mewujudkannya.
Semangat ya Pak, Bu!
Sumber:
Kemkes, “Hari Gizi Nasional Ke-62”, (http://www.b2p2vrp.litbang.kemkes.go.id/berita/baca/413/b2p2vrp.litbang.kemkes.go.id)
CDC, “Consequences of Obesity”, (https://www.cdc.gov/obesity/basics/consequences.html)
WHO, “World Obesity Day 2022 – Accelerating action to stop obesity”, (https://www.who.int/news/item/04-03-2022-world-obesity-day-2022-accelerating-action-to-stop-obesity)
Yan, dkk (2014). “The association between breastfeeding and childhood obesity: a meta analysis”. BMC Public Health, 14. 1267. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4301835/
Tanjung, Huriyati, dan Ismail (2017). “Intensitas penggunaan gadget pada anak prasekolah yang kelebihan berat badan di Yogyakarta”. Berita Kedokteran Masyarakat, 33( 12). https://jurnal.ugm.ac.id/bkm/article/view/26869
Liu, Zhang, dan Li (2012). “Sleep duration and overweight/obesity in children: implication for pediatric nursing”. Journal for Specialists in Pediatric Nursing, 17 (3). 193-204. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3384999/
Gao, dkk. (2022). “Associations of sleep duration with childhood obesity: findings from a national cohort study in China”. Global Health Journal, 6 (3). 149-155. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2414644722000501
Detik.com, “Cara MEnghitung IMT Berdasarkan Usia, TErnyata Beda-beda Lho!”, (https://health.detik.com/kebugaran/d-5877864/cara-menghitung-imt-berdasarkan-usia-ternyata-beda-beda-lho)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar