Kenapa Sering Pilek saat Musim Hujan? Ini Cara Atasi Pileknya

Gambar
  Pilek umum terjadi ketika suhu ruangan sedang dingin-dinginnya. Terutama pada musim hujan seperti saat ini, risiko pilek karena kedinginan semakin meningkat. Bagaimana bisa? Menurut situsweb Cleveland Clinic, saat bernapas udara yang bersifat dingin dan kering dapat mengiritasi hidung. Sebagai salah satu bentuk pertahanan, kelenjar hidung menghasilkan lendir atau pilek berlebih untuk menjaga lapisan di saluran pernapasan tetap lembab. Pilak yang terlalu banyak akan bergumul dan mengakibatkan hidung tersumbat. Pilek disebabkan oleh banyak hal selain dari suhu ruangan. Seringnya dikarenakan infeksi virus atau alergi terhadap debu, bulu, atau serbuk sari. Hidung yang basah dan sering mengeluarkan pilek sering kali membuat risih. Tak jarang juga mengganggu aktivitas sehari-hari. Tetapi jangan khawatir, berikut tips mengatasi pilek menurut Healthline.com . Banyak minum air putih Minum banyak air putih dapat membantu mengencerkan pilek yang menyebabkan hidung tersumbat. Cobal

Hindari Kanker dengan Jauhi Makanan Ini

Kanker merupakan mimpi buruk bagi semua orang di dunia. Di Indonesia sendiri, melansir data yang disampaikan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), ada peningkatan prevalensi kanker di Indonesia dari yang sebelumnya 1,4 per 1.000 penduduk pada 2013 menjadi 1,79 pada 2018. Kanker payudara dan leher rahim menjadi yang paling banyak diderita masyarakat, khususnya perempuan Indonesia.

Risiko terkena kanker bagi seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain riwayat keluarga, usia juga bisa mempengaruhi. Disebutkan, usia di atas 65 tahun lebih riskan untuk terkena kanker. Faktor yang bisa disebut sebagai utama ialah gaya hidup seperti sering mengonsumsi alkohol, merokok, obesitas, sampai pola asupan sehari-hari.


Makanan yang dimasak terlalu lama sampai gosong, contohnya dibakar, dapat memicu pertumbuhan senyawa heterosiklik (HCA). Senyawa ini meningkatkan risiko kanker dengan cara mempengaruhi DNA seseorang. Sumber: Min An dari Pexels.

Studi yang dilakukan Lewandowska, dkk. (2019) menyebutkan 80-90% kanker ganas disebabkan oleh faktor eksternal yang meliputi gaya hidup. Oleh karenanya, menjaga gaya hidup tetap sehat wajib dilakukan agar jauh dari penyakit yang disebut World Health Organization (WHO) sebagai penyakit paling ganas sedunia ini. Gaya hidup sehat bisa diawali dengan memilah asupan apa saja yang baik untuk dikonsumsi.

Beberapa makanan, melansir Healthline, berisiko untuk meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2 dan obesitas. Penyakit ini sering dihubungkan dengan penyakit kanker. Zat karsinogen merupakan zat yang mempercepat pertumbuhan kanker. Namun, zat ini tidak selalu menjadi faktor utama. Berikut adalah makanan yang meningkatkan risiko kanker:

1.     Daging olahan

Banyak makanan yang dihasilkan dari olahan daging. Sebut saja sosis, hamburger, steak, dan lainnya. Daging olahan biasanya berasal dari daging merah atau daging sapi, kambing, dan kerbau. Metode yang sering kali digunakan dalam memproses daging merah inilah yang bisa memicu pertumbuhan zat karsinogen.

Penelitian yang dikerjakan oleh Turesky (2018) salah satunya membahas zat karsinogen yang bisa terbentuk akibat mengawetkan daging dengan nitrit. Daging olahan juga sering dikaitkan dengan faktor utama kanker kolorektal serta meningkatnya risiko terkena kanker payudara.

2.     Makanan yang digoreng

Siapa yang tidak suka makanan panas, renyah, dan gurih? Sering kali makanan tersebut berasal dari sesuatu yang diolah dengan cara digoreng. Kita bisa menemukannya dengan mudah, seperti gorengan, tempe goreng, ayam goreng, dan lain-lain. Makanan ini terbentuk dari olahan yang dimasak menggunakan minyak bersuhu tinggi. Namun, tidak hanya digoreng, tetapi makanan yang diolah dengan cara dipanggang pun bisa menyebabkan kanker.

Makanan yang digoreng dengan suhu tinggi memiliki kandungan akrilamida yang sangat tinggi pula. Senyawa ini muncul saat masakan diolah sampai suhunya mencapai di atas 120 derajat celsius.

Sebuah tinjauan oleh Kumar, Das, dan Lin Teoh (2018) akrilamida yang ditemukan pada objek penelitian tikus bersifat karsinogenik atau memicu kanker. Hal ini juga yang membuat Internasional Agency for Research on Cancer (IARC) mempertimbangkannya sebagai “mungkin karsinogenik juga untuk manusia”.

Tidak hanya kanker, makanan yang digoreng sudah dikenal sejak lama bisa memicu munculnya diabetes tipe 2 dan obesitas.

3.     Makanan yang dimasak terlalu lama atau dibakar

Steak, sate, dan makanan yang sangat kering akibat dimasak terlalu lama juga bisa memicu kanker lho! Daging yang dimasak terlalu lama seperti dibakar sampai gosong atau terlihat kehitam-hitaman dapat membentuk zat karsinogen. Berdasarkan penelitian Key, dkk. (2020), daging yang diolah dengan suhu tinggi memicu terbentuknya senyawa heterosiklik (HCA). Senyawa ini meningkatkan risiko kanker dengan cara mempengaruhi DNA seseorang.

4.     Alkohol

Pada perempuan, alkohol meningkatkan tingkat hormon estrogen yang sering dikaitkan dengan kanker payudara. Selain itu, menurut penelitian yang dipublikasikan pada 2017, alkohol yang masuk ke tubuh akan dipecah hati menjadi zat asetaldehida. Zat ini juga memiliki sifat karsinogenik.

Zat asetaldehida menyebabkan sel DNA rusak dan stres oksidatif atau saat di mana jumlah zat radikal bebas melebihi kapasitas yang bisa dinetralkan tubuh. Kedua hal tersebut akan membuat sistem imunitas melemah sehingga semakin sulit membasmi sel kanker.

Makanan dan minuman yang disebutkan di atas akan jauh lebih bermakna bila dikonsumsi dengan bijak. Mulai pilah makanan serta jumlah yang akan dikonsumsi tubuh. Selalu utamakan asupan gizi seimbang dan ragamkan dengan rutin berolahraga, tidur cukup, minum air delapan gelas sehari, dan kelola stres.

 

Referensi: 

http://p2p.kemkes.go.id/penyakit-kanker-di-indonesia-berada-pada-urutan-8-di-asia-tenggara-dan-urutan-23-di-asia/

http://www.aaem.pl/Environmental-risk-factors-for-cancer-review-paper,94299,0,2.html

https://www.healthline.com/health/cancer/cancer-causing-foods#processed-meats

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6294997/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5835509/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7190379/

https://academic.oup.com/ajcn/article/101/1/87/4564339

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5618242/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Penyimpanan Yakult

Sejarah Berdirinya Yakult Indonesia

Kapan waktu yang tepat untuk minum Yakult?