Kenapa Sering Pilek saat Musim Hujan? Ini Cara Atasi Pileknya

Mau usia muda sampai tua, semuanya bisa berkesempatan mengidap miopia atau rabun jauh. Umumnya masyarakat menyebut kondisi medis ini sebagai mata minus, di mana objek yang jauh tak akan sejelas objek yang lebih dekat dari mata kita.
Penderita mata minus tidaklah sedikit. Menurut data yang dilansir dari The International Myopia Institute, sekitar 30% masyarakat dunia mengidap mata minus. Selain itu, diperkirakan pada tahun 2050 angkanya akan meningkat sampai 50% penduduk dunia atau sekitar 5 miliar orang.
Pengidap mata minus pada anak muda, bahkan usia belasan, meningkat setiap tahunnya. Menurut artikel ilmiah yang ditulis Subudhi dan Agarwal (2023), prevalensi mata minum pada anak-anak usia 5-17 tahun bervariasi tergantung ras. Misalnya, anak dengan gangguan ini paling banyak berasal dari ras Asia (18,5%), Hispanik (13,2%), Afrika-Amerika (6,6%) dan Kaukasia (4,4%).
Bahkan, tertulis jika penelitian di Tiongkok mengungkapkan prevalensi mata minus pada anak-anak kian meningkat seiring pertumbuhan usia. Prevalensinya meningkat dari 5,7% pada anak usia 5 tahun menjadi 78,1% pada usia 15 tahun.
Menurut Healthline.com, mata minus memiliki ciri-ciri di antara lain:
Banyak orang yang hidup beriringan dengan mata minus. Hal ini menyebabkan sebagian besar pengidapnya menggunakan alat bantu pengelihatan, seperti kacamata atau kontak lensa. Meskipun, ada juga yang berupaya untuk mengurangi bahkan menghilangkan mata minus. Salah satunya melalui operasi LASIK (Laser-Assisted in Situ Keratomileusis).
Mata minus berpotensi untuk terus bertambah bahkan berkurang seiring beranjak dewasa. Tapi tak menutup kemungkinan mata minus terdiagnosis ketika usia dewasa.
Namun demikian, dikutip dari situsweb Cleveland Clinic, ada hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah mata minus memburuk yaitu:
Konsumsi makanan bergizi juga penting dalam upaya mencegah mata minus memburuk. Dari sekian makanan, wortel sudah umum dipercaya masyarakat dapat membantu menjaga kualitas mata. Hal itu dikarenakan wortel kaya akan vitamin A.
Melansir artikel yang ditulis Ng, dkk. (2020), vitamin A sangat vital bagi kesehatan mata. Sebab, ia melindungi mata dari rabun senja dan penipisan kornea. Keduanya sering dikaitkan sebagai penyebab perforasi kornea dan kebutaan.
Bahkan, disebutkan jika defisiensi atau kekurangan vitamin A adalah alasan utama penyebab kebutaan pada anak-anak di negara berkembang.
Meskipun, simpulan pada penelitian ini pun tak menyebut adanya bukti bahwa asupan vitamin A yang rendah menyebabkan mata minus pada responden berusia 20 tahun. Akan tetapi hubungan antara mata minus dengan vitamin A tampaknya tak linier berkaitan dengan mata minus dan membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Vitamin A bisa dijumpai pada panganan seperti:
1. Hati sapi
2. Ikan makarel atau salmon
3. Keju
4. Telur
5. Susu
6. Wortel
7. Sawi
8. Ubi Jalar
9. Bayam
10. Brokoli, dan lain-lain
Mata minus memang seringnya mengganggu aktivitas, tetapi jika kita bisa beradaptasi dengan alat bantu serta gaya hidup untuk mencegahnya semakin parah, ternyata tidak seburuk itu kok!
Sumber:
Knackstedt, Knackstedt, dan Gatherwright (2020). The role of topical probiotics in skin conditions: A systematic review of animal and human studies and implications for future therapies. Experimental Dermatology, 29(1):15-21, doi: 10.1111/exd.14032. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31494971/
Myopia Institute, “Myopia is Growing Around the World”, (https://myopiainstitute.org/myopia/)
Healthline.com, “Nearsightedness (Myopia)”, (https://www.healthline.com/health/nearsightedness)
Subudhi dan Agarwal (2023). Myopia, StatPearls. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK580529/
nG, DKK. (2020). Is Dietary Vitamin A Associated with Myopia from Adolescence to Young Adulthood?. Translational Vision Science & Technology, 9(6): 29, doi: 10.1167/tvst.9.6.29. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7408804/
Komentar
Posting Komentar