Minoru Shirota
lahir di Iida-Shi, Nagano-ken pada bulan April 1899 selanjutnya pada bulan yang
sama tahun 1913 Shirota masuk SMP Iida sistem lama. Jumlah siswa Iida 66 orang,
14 orang diantaranya ingin jadi dokter. Begitu juga Shirota, atas saran ayahnya
dia memilih untuk jadi dokter. “Satu hari nanti aku akan menjadi seorang
dokter” ujar Shirota remaja. Dari SMP Iida banyak siswa yang
melanjutkan sekolah di SMA 8 (sekarang Universitas Nagoya). Sementara Shirota
melanjutkan ke SMA 2 Sendai-shi, Miyagi-Ken (sekarang Universitas Tohoku),
karena dorongan kakak kelasnya.
Tiga tahun Shirota
menghabiskan masa mudanya di Sendai. Cita-citanya untuk menjadi dokter tak
pernah surut. Ia melanjutkan sekolah ke Fakultas Kedokteran. Tetapi sayang, tak
lama kemudian perang mulai berkecamuk di Jepang. Sejak kecil Shirota tidak suka
kekerasan, dia merindukan tempat yang tenang dan bebas seperti Kyoto daripada
Tokyo. Kemudian saat mulai belajar di kedokteran, dia ditanya oleh profesor Kenji
Kiyono “Shirota, kedokteran itu banyak cabangnya, Kau ingin jadi dokter apa ?”
Shirota menjawab “Saya tertarik mempelajari Mikroorganisme dan meneliti Virus”.
Di Inadani, Nagano,
tempat Shirota dibesarkan, tanahnya gersang dan tidak bisa ditanami. Sehingga
banyak orang yang tinggal di sana hidup miskin. Karena miskin, anak-anak tidak
bisa makan, makanan bergizi, sehingga kondisi
badan mereka lemah. Shirota bertekad menemukan obatnya, untuk bisa memberantas
kuman Disentri dan Tifus, juga meneliti cara pencegahannya
agar penyebaran penyakit bisa dihentikan.
Shirota saat sudah
tingkat empat di kedokteran, ia
bersungguh-sungguh dalam penelitiannya. Secara diam-diam Profesor Kiyono terus
mengamatinya, begitulah caranya mengajar. Musim semi tahun 1925 Shirota lulus
kuliah. Atas saran Profesor Kiyono dia meneruskan penelitian Mikrobiologi yang
ia tekuni. Saat itu penelitian Shirota mengalami kemajuan pesat dibandingkan
saat ia masih kuliah.
Shirota berujar “Bakteri
merugikan seperti kuman Tifus dan Disentri masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan
sakit”. Selanjutnya, mengatakan
lagi
“Didalam perut kita, terdapat bakteri berguna yang
menjaga kesehatan dengan melawan dan memberantas bakteri merugikan”
lalu berkata lagi “Bakteri Lactobacillus adalah teman yang baik di dalam perut kita”.
Shirota terus melakukan penelitian tentang Lactobacillus yang selama ini ia tekuni.
Pada tahun 1929,
Shirota menikah dengan wanita pilihan hatinya Yoshie. Keduanya memulai hidup
baru mereka di Kamigyo-Ku, Kyoto. Masih sama dengan ketika ia masih bujangan,
Shirota lebih suka belajar di atas lantai. Ditahun berikutnya Shirota mengambil
Program Doktor di Fakultas Kedokteran, sekaligus mengajar di Universitas Kyoto
Teikoku. Shirota berteriak “Yak, berhasil, profesor Kiyono, aku baru
saja berhasil mengembangbiakkan Lactobacillus”. Prof. Kiyono membalas “Benarkah?
oh
inikah Lactobacillus hasil biakanmu? Kamu jadi orang pertama di dunia yang
berhasil membiakkan Lactobacillus, bagaimana kalau kita namai namamu ? yaitu Shirota
strain”.
Bakteri Shirota
strain inilah yang menjadi cikal bakal terciptanya Yakult. Minoru Shirota
adalah orang pertama di dunia yang berhasil mengembangkan bakteri Lactobacillus (Shirota strain) dan pada
tahun 1933 ia menjadi asisten Profesor di Fakultas Kedokteran, Universitas
Kyoto. Penelitian Shirota tidak berhenti sampai disitu. Berkat penelitian yang
tidak mengenal lelah, Lactobacillus Shirota akhirnya bisa dikembangkan menjadi minuman yang kemudian diberi
nama Yakult. “mmm enaaakkk sekali, ayo silahkan dicoba. Rasanya yang nikmat pasti
disuka siapa saja, betul-betul enaaakkk minuman apa ini ?” Shirota
berujar dengan semangat “ini minuman kesehatan Yakult, yang dalam
bahasa Esperanto artinya Yogurt”.
Komentar
Posting Komentar